Minggu, 05 Januari 2014

Cecak terbang?




Cecak terbang atau juga dikenal dengan nama Cekibar kampung ini memiliki nama latin Draco volans. Dalam bahasa Sunda hewan ini dikenal dengan nama hap-hap sedangkan nama Inggrisnya yaitu gliding lizard. Penyebaran hewan ini cukup luas juga mulai dari Thailand, Semenanjung Malaya bagian barat, Kepulauan Filipina utara, Sumatra, Mentawai, Riau, Natuna, Borneo, Jawa, Nusa tenggara, Sulawesi dan Maluku Timur. Cecak ini termasuk sejenis reptil pada suku Agamidae yaitu keluarga Buglon dan Soa-soa (Hydrosaurus spp.), yang uniknya Cecak terbang ini bukan termasuk kerabat dekat Cecak rumahan dan juga tokek (Gekkonidae), hal ini dikarenakan dilihat dari ciri morfologinya lebih dekat kekerabatannya dengan keluarga Bunglon. 

 
Draco volans atau Cecak Terbang
Kadal yang berukuran agak kecil ini memiliki panjang total hingga 200 mm. Patagium (‘sayap’) berupa perpanjangan enam pasang tulang rusuk yang diliputi kulit. Sisi atas patagium dengan warna kuning hingga jingga, berbercak hitam. Sisi bawah abu-abu kekuningan, dengan totol-totol hitam. Cekibar kampung biasa didapati di pekarangan, kebun, hutan sekunder. Kerap kali hewan ini teramati sedang berburu serangga di pepagan hingga ke cabang-cabang pohon. Terkadang cekibar berpindah tempat dengan cara ‘terbang’, yakni meloncat dan melayang dari satu pohon ke lain pohon. Pada musim kawin, kerap dijumpai beberapa ekor jantan berkejaran dengan betinanya di satu pohon yang sama. Menyimpan telur di dalam tanah gembur atau humus di dekat pangkal pohon; betinanya menggali tanah dengan menggunakan moncong.

Kamis, 02 Januari 2014

Si Jalak Kerbau


Kerak kerbau atau Jalak kerbau atau Acridotheres javanicus merupakan burung dari suku Sturnidae, yaitu suku besar dalam dunia lama. Gagah, dengan paruh kuat, tajam, lurus dan tungkai kaki panjang. Kebanyakan suka berkelompok dan mencari makan di tanah dengan cara yang khas dan bergaya. Merupakan burung pemakan buah-buahan dan invertebrata. Ciri khas dari Kerak kerbau ini adalah ukuran tubuhnya yang berukuran sedang + 25 cm, memiliki warna bulu abu-abu tua (hampir hitam), kecuali bercak putih pada bulu primer (terlihat mencolok sewaktu terbang) serta tunggir dan ujung ekor putih. Burung ini memliki jambul yang pendek, yang membedakan dengan kerak jambul yaitu pada lebar warna putih pada ujung ekor, paruh kuning, dan tunggir putih. Kicauan Kerak kerbau ini memiliki kicauan parau dengan nada berkeriut : “ciriktetowi”, berbagai siulan dan nada berderik. “Criuk, criuk” yang khas sewaktu terbang dan kadang-kadang meniru suara burung lain.

Jalak kerbau atau Acridotheres javanicus

Pada penyebarannya burung ini tersebar di Asia timur, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Sulawesi, Sumatra (introduksi), Jawa dan Bali. Sedangkan pada penyebaran lokal terdapat di Sumatera, mungkin terbentuk dari burung peralihan yang lari daerah medan, tetapi sekarang tersebar di seluruh Sumatera. Di Jawa dan Bali, jalak yang paling umum di lahan pertanian dan kota, sampai dengan ketinggian 1.500 m. Kebiasaan hidup dari burung kerak ini yaitu, hidup dalam kelompok kecil atau besar dan sebagian besar mencari makan di atas tanah, lapangan rumput dan sawah. Burung ini juga sering hinggap di atas atau di dekat sapi dan kerbau dengan tujuan untuk menangkap srangga yang terhalau atau justu tertarik oleh ternak tersebut.

Jalak kerbau atau Acridotheres javanicus



Mandar batu atau Gallinula chloropus



Mandar batu atau Gallinula chloropus merupakan jenis burung dari suku Rallidae. Burung ini memiliki tubuh yang berukuran sedang + 31 cm dan merupakan burung air yang memiliki warna hitam dan putih. Paruhnya pendek, terdapat perisai merah terang pada dahi sedangkan bulu seluruhnya berwarna hitam suram dengan coretan garis putih pada sepanjang bagian sisi dan dua bercak putih pada bagian bawah ekor, ini bisa terlihat jelas pada saat ekornya diangkat. Suara yang dikeluarkan burung ini, bersuara dengan kokokan keras parau “pruruk-pruuk-pruuk”.

Mandar batu atau Gallinula chloropus
Burung ini sering dijumpai di danau, kolam atau parit dan juga karena burung ini merupakan jenis burung air, jadi kebanyakan hidupnya di air, berenang perlahan-lahan, berlari diatas air atau berenang ke tempat berlindung bila terganggu, menyelam untuk menyelematkan diri dan tinggal di bawah air untuk waktu yang lama bila dikejar elang. Pada pagi hari dan sore hari burung ini datang ke daerah terbuka untuk mencari makan, memanjat di semak kecil, dan selalu menjentikkan ekor, baik ketika berada di tanah maupun di air. Jenis Mandar batu ini juga suka terbang dengan agak lemah setelah berlari-lari di atas air untuk lepas landas. Aktivitas lain yang selalu dilakukan yaitu mematuk-matuk serangga dan permukaan tumbuhan, oleh karena itu sangat sulit sekali mencari burung ini ketika sudah mulai masuk ke semak-semak, karena menjadi samar untuk melihatnya. Burung ini hampir dapat ditemukan diseluruh dunia, kecuali di daerah Australia, sedangkan di Indonesia dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali dan pada umumnya pada daerah lahan basah sampai ketinggia 1.200 m.
 
Mandar batu atau Gallinula chloropus